MENDIDIK ANAK PEREMPUAN

  No comments

Kajian TI - Tidak ada seorang pun kecuali akan dibangkitkan oleh Allah nanti setelah meninggal dunia. Allah ‘azza wa jalla akan menanyai dan menghisabnya tentang apa yang telah ia lakukan di dunia, baik dalam urusan agama maupun dunia.

Di antara yang akan ditanyakan kepada seorang hamba kelak ialah tentang keluarga dan anak-anaknya. Dia akan ditanya tentang caranya dahulu dia memimpin dan mendidik mereka. Tentang hal inilah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

“Seorang lelaki adalah pemimpin terhadap anggota keluarganya, dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dia pun akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhari)

Di antara hal yang penting untuk diperhatikan terkait dengan masalah pendidikan anak ialah yang terkait secara khusus dengan tarbiyah anak perempuan. Hal ini karena besarnya urusan mereka, dan begitu jelasnya pengaruh mereka membentuk akhlak dan perilaku masyarakat. Sebab, ketika telah dewasa, seorang anak perempuan akan menjadi istri, ibu, pengajar, dan selainnya. Ini semua adalah peran-peran yang akan menunggu mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Oleh karena itu, apabila anak-anak perempuan itu baik, akan baik pula sekian banyak urusan. Sebaliknya, apabila rusak, akan rusak pula sekian banyak urusan. Apabila melihat Kitabullah, kita akan dapatkan celaan terhadap masyarakat jahiliah terdahulu. Apabila salah seorang dari mereka dikabari tentang kelahiran anak perempuannya, menjadi hitamlah wajahnya sembari menahan amarah. Karena sangat malu terhadap kaumnya, ia pun bersembunyi. Saat itulah, perasaannya berkecamuk, apakah ia akan mengubur bayi perempuannya itu hidup-hidup ataukah akan ia pelihara meski menanggung kehinaan dan kerendahan. Allah ‘azza wa jalla pun mencela perbuatan mereka.

Syiar-syiar jahiliah ini ternyata masih ada pada hati sebagian orang. Terlebih lagi ketika istrinya melahirkan banyak anak perempuan. Padahal istri hanyalah seperti ladang, tergantung benih apa yang ditanam padanya. Sampai-sampai sebagian orang menceraikan istrinya hanya karena melahirkan seorang anak perempuan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahilan dan sikap kaku.

Sesungguhnya, keturunan yang dilahirkan seorang wanita adalah urusan takdir Allah. Urusannya di Tangan Allah. Dia menganugerahkan anak perempuan saja kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia pula yang menganugerahkan anak lelaki saja kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia pula yang memberikan anugerah berupa anak lelaki dan perempuan kepada orang yang Dia kehendaki. Allah ‘azza wa jalla pula yang menguji sebagaian yang lain dengan menjadikan mereka mandul, tidak memiliki keturunan.

Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.” (asy-Syura: 49—50)

Perhatikanlah, Allah mendahulukan penyebutan anak perempuan sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menganggap hina, remeh, bahkan menganggap mereka tidak berharga sedikit pun. Karena itu, hendaknya Anda rela dengan bagian yang Allah berikan kepada Anda. Sebab, Anda tidak mengetahui, di mana letak kebaikan untuk Anda.

Betapa banyak ayah yang gembira saat diberitahu tentang lahirnya anak lelakinya. Akan tetapi, anak tersebut justru menjadi kecelakaan baginya, sebab kesusahan hidupnya, dan sebab kesedihan serta kegundahgulanaan yang berkepanjangan.

Betapa banyak pula ayah yang murka ketika diberitahu tentang kelahiran anak perempuannya padahal dia mengharapkan kehadiran anak lelaki. Akan tetapi, ternyata anak perempuannya tersebut menjadi tangan yang penuh kasih sayang dan membantu mengatur urusan rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تُكْرِهُوا الْبَنَاتِ فَإِنَّهُنَّ الْمُؤْنِسَاتُ الْغَالِيَاتُ

“Janganlah engkau membenci anak-anak perempuan. Sesungguhnya mereka adalah sumber kegembiraan yang mahal.” (HR. Ahmad no. 16922 dari Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu)

Dari sini kita mengetahui bahwa penyejuk mata yang sejati bukanlah ketika anak yang lahir itu lelaki atau perempuan. Penyejuk hati yang sejati akan terwujud ketika mereka menjadi keturunan yang saleh dan baik, lelaki ataupun perempuan.

Allah ‘azza wa jalla berfirman menyebutkan sifat para hamba ar-Rahman,

Dan orang-orang yang berkata, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Furqan: 74)

Jadi, ketika Allah ‘azza wa jalla memberikan rezeki kepada kita berupa anak perempuan, berbuat baiklah dengan mendidik, menafkahi, dan bergaul dengan mereka. Lakukanlah semua itu karena mengharap pahala dari Allah ‘azza wa jalla. Tahukah Anda, pahala apa yang ada di sisi Allah apabila Anda melakukan semua itu?

Jika Anda melakukannya, Anda akan bersama dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَن عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبلُغَا جَاءَ يَومَ القِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

“Barang siapa merawat dua anak perempuan hingga balig, dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan seperti ini.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan jari-jemarinya. (HR. Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,

مَنِ ابتُلِيَ مِن هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيءٍ فَأَحسَنَ إِلَيهِنَّ كُنَّ سِ ر تًا لَهُ مِنَ النَّارِ

“Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan ini, lantas dia berbuat baik kepada mereka, niscara mereka akan menjadi penghalang dirinya dari api neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)

Berbuat baik kepada mereka bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Di antaranya,

Memilihkan ibu yang baik bagi mereka. Ini adalah perbuatan baik yang pertama kali dilakukan terhadap anak keturunan. Sebab, kesalehan seorang ibu akan menjadi sebab kesalehan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla dengan sebab kesalehan orang tuanya.

Memilihkan nama yang baik.

Memenuhi kebutuhan fisik anak, baik dalam bentuk makanan, pakaian, dan obat-obatan.

Semua hal yang mengantarkan kepada tujuan di atas merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga.

Suatu saat, seorang wanita bersama dua anak perempuannya masuk menemui Aisyah radhiallahu ‘anha. Wanita tersebut fakir dan tidak memiliki apa-apa. Kata Aisyah radhiallahu ‘anha, wanita tersebut meminta sesuatu kepada beliau. Namun, beliau radhiallahu ‘anha tidak memiliki apa-apa selain sebutir kurma. Beliau radhiallahu ‘anha pun memberikan sebutir kurma tersebut kepada si wanita. Wanita itu mengambilnya lalu membaginya untuk kedua anak perempuannya. Dia sendiri sama sekali tidak memakan kurma itu. Setelah itu, wanita itu pun bangkit dan keluar bersama kedua anak perempuannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk ke rumah Aisyah radhiallahu ‘anha. Aisyah radhiallahu ‘anha lantas menceritakan kisah wanita tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ قَد أَوجَبَ لها بِهَا الَجنَّةَ – أَو أَعتَقَهَا بِهَا مِن النَّارِ

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan surga untuk wanita tersebut—atau memerdekakannya dari api neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)

Sudah sepantasnya anak perempuan dimuliakan, dikasihi, dan disayangi.

Dahulu, apabila Fathimah radhiallahu ‘anha masuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

مَرحَبًا بِابْنَت

“Selamat datang, anak perempuanku.”

Pernah pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami shalat sambil menggendong cucu perempuannya , Umamah anak perempuan Zainab radhiallahu ‘anha, anak perempuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila rukuk, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkannya. Ketika berdiri, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggendongnya kembali.

No comments :

Post a Comment