Semakin Besar, Anak Perempuan Butuh Semakin Dihargai dan Dihormati

  No comments
Kajaian TI - Apabila Anda penuhi kebutuhan ini dan dia merasa bahwa dirinya dihargai dan memiliki kedudukan dalam rumah kedua orang tuanya, hal ini akan melahirkan kemantapan jiwa, ketenangan, dan keistiqamahan keadaan dirinya.

Sebaliknya, ketika dia melihat dirinya direndahkan dan tidak diurusi, tidak diajak berkomunikasi selain dengan kalimat perintah dan larangan, tuntutan, dan melayani, hal ini akan mewariskan rasa benci terhadap rumah dan keluarganya.

Bisa jadi, setan membisikkan waswas kepadanya sehingga dia berusaha mencari kasih sayang dan keramahan yang tidak dia dapatkan di rumahnya, dengan cara dan sarana yang diharamkan. Hal ini akan mengantarkan dirinya ke dalam kebinasaan. Jika sudah demikian, hanya Allah ‘azza wa jalla yang yang tahu di mana dia berada.

Oleh karena itu, Anda wajib mentarbiyah anak-anak perempuan Anda secara islami dan melakukannya sejak tingkatan umur yang terendah. Mereka dididik untuk meminta izin, adab makan dan minum, berpakaian, dituntun membaca al-Qur’an dan zikir yang mudah bagi mereka. Mereka diajari wudhu dan shalat. Mereka diperintah menunaikan shalat ketika sudah berumur tujuh tahun. Setelah berusia sepuluh tahun, mereka diharuskan menunaikannya. Sebab, apabila tumbuh di atas kebaikan, dia akan terbiasa, mencintai, dan selalu melakukannya.

Termasuk urusan terpenting yang tidak boleh dilupakan terkait dengan anak-anak perempuan adalah segera menikahkannya ketika sudah dewasa; saat datang seorang lelaki yang diridhai agama, amanah, dan akhlaknya, sementara anak perempuan kita pun ridha terhadapnya. Sebab, menunda pernikahannya akan sangat merusak.

Menunda pernikahan seorang anak perempuan termasuk sebab terbesar yang memalingkan dirinya dari jalan yang lurus. Terlebih lagi di masa ini, godaan dan ujian banyak sekali.

Wali hendaknya meringankan urusan pernikahan anak perempuannya, dalam hal mahar dan tuntutan lainnya. Sebab, hal ini akan mendorong pemuda untuk menikahinya. Hal ini juga akan membuat para saudarinya setelahnya mudah mendapatkan suami.

Ketika anak perempuan sudah menikah, usahakan untuk selalu menjaga hubungan dengannya, mencari tahu berbagai kebutuhan hidupnya, dan membantunya menyelesaikan beragam problem yang dihadapinya. Usahakan selalu untuk menyertainya dalam kegembiraan dan kesedihannya.

Akan tetapi, keluarga besar—terutama ibu—hendaknya menghindari turut campur secara langsung dalam kehidupannya. Sebab, terlalu banyak mencampuri urusannya—padahal tidak diperlukan—sering kali mengganggu kehidupan rumah tangganya.

Suami hendaknya bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla dalam hal pergaulannya dengan istrinya. Ia telah meninggalkan rumah dan keluarganya, meninggalkan kemuliaan yang ada dalam rumahnya. Sekarang dia berada di bawah kekuasaan suami dan tanggung jawabnya.

Karena itu, suami hendaknya beramar ma’ruf dan nahi mungkar terhadap istrinya, bergaul dengannya secara baik, menemaninya dengan baik pula. Suami tidak boleh menzalimi dan merendahkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاستَوصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِندَكُمْ

“Berwasiatlah kepada perempuan dengan kebaikan karena mereka hanyalah tawanan di sisi kalian.” (HR. at-Tirmidzi)

خَيْرُكُم خَيْرُكُم لِأَهْلِهِ

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang terbaik terhadap keluarga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Waspadalah dalam hal berbuat adil terhadap para istri. Apabila seseorang diberi rezeki dua orang istri atau lebih, dia wajib berbuat adil dalam hal pembagian (bermalam) dan nafkah yang mereka butuhkan. Barang siapa menyelisihi syariat dalam hal pembagian (bermalam) dan keadilan, sungguh dia telah melakukan dosa besar.

Ada suami yang tidak melihat dan mengajak berbicara dengan istrinya kecuali ketika hari gilirannya saja. Ini termasuk kezaliman yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Hendaknya suami senantiasa menyambung hubungan dengan istrinya dengan menelepon, mengunjungi, dan memeriksa keadaannya. Sebab, sang istri telah relakan dirinya menjadi yang kedua, ketiga, atau keempat.

Maka dari itu, janganlah Anda membuat istri Anda sendirian dan bersedih di rumahnya ketika selain hari gilirannya; tidak pernah ditanyai, diperiksa keadaannya, dan tidak dijaga. Sang istri dipermainkan oleh waswas, kesedihan, dan penyesalan. Padahal berbagai fitnah dan pintu kejelekan mengepungnya.

Karena itu, wahai para suami, bertakwalah kepada Allah dalam hal istri-istri kalian. Anda akan diminta pertanggungjawaban dan akan dihisab tentang urusan mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَن كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَومَ القِيَامَةِ وَشِقُهُ مَائِلٌ

“Barang siapa memiliki dua orang istri lantas ia condong kepada salah satunya, dia akan datang ada hari kiamat dalam keadaan tubuhnya condong ke samping.”

Tidak samar lagi bahwa kita hidup pada masa yang banyak kejelekan. Berbagai sarana menuju kerusakan dan kesesatan tersedia sedemikian rupa. Belum pernah hal ini ada pada masa dahulu. Tentu hal ini lebih mendorong kita untuk menunaikan tanggung jawab. Kita wajib melipatgandakan upaya dalam hal mendidik, membimbing, menasihati, dan menempuh sebab-sebab keselamatan.

Secara ringkas, di antara faktor perlindungan dan kebaikan anak perempuan adalah:

Keistiqamahan dan kesalehan ayah dan ibu.

Berdoa kepada Allah, karena doa memiliki pengaruh yang besar.

Mengajari dan mendikte anak-anak dengan doa yang bermanfaat.

Senantiasa menasihati dan memberi peringatan kepada mereka, dengan metode yang tepat, baik secara langsung maupun dengan isyarat, sesuai dengan keadaan.

Terkhusus bagi ibu, hendaknya mengarahkan mereka untuk memilih teman yang baik.

Sebab, pertemanan memiliki pengaruh besar dalam hal perilaku, pemikiran, dan sebagainya.

Menjauhkan rumah dari segala sarana yang merusak dan menghancurkan anak, seperti TV satelit dan situs-situs internet.

Hal-hal ini lebih besar kerusakannya daripada sisi positifnya. Betapa banyak hal mulia yang tersia-siakan akibat sarana ini. Betapa banyak pula kehormatan yang ternodai gara-gara hal tersebut. Jalan keselamatan hanyalah dengan menjauh darinya.

Apabila ada sarana ini di rumah, hendaknya kepala keluarga benar-benar menjaganya agar sarana tersebut tidak dibuka secara mutlak bagi anggota keluarganya. Jangan sampai anggota keluarganya mengikuti (saluran) sekehendak mereka. Jangan sampai mereka bisa membuka situs-situs kapan pun mereka inginkan. Sebab, hal ini akan sangat membahayakan anggota keluarganya.

Demikian pula yang terkait dengan HP, sungguh HP yang ada sekarang ini bukan sekadar sarana telepon. Karena itu, berilah peringatan dan awasilah mereka. Janganlah Anda lalai menjaga anak keturunan Anda.

Ya Allah, perbaikilah untuk kami anak keturunan kami. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari berbagai ujian dan cobaan, yang tampak maupun tidak.

(diterjemahkan dengan penyesuaian dari khotbah Jum’at yang disampaikan oleh asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri, 11 Jumadal Akhirah 1435 H/ 11 April 2014 M)

sumber : Mendidik Anak Perempuan – Majalah Islam Asy-Syariah (asysyariah.com)

Via HijrahApp

http://T.me/tholabulilmiWA

No comments :

Post a Comment